B35 Bisnis Ngompreng Pada Pertamina
![IMG_20230202_074944 IMG_20230202_074944](https://www.globalindonews.com/wp-content/uploads/2023/02/img-20230202-074944.jpg)
Oleh : Salamuddin Daeng
Pertamina tidak punya kebun sawit, belum pernah melakukan investasi untuk menguasai jutaan hektar lahan sawit, tidak membangun kilang untuk pengolahan minyak sawit, dan tidak membangun pom bensin untuk diisi minyak sawit campur solar yang mengandung air.
Tapi sekarang Pertamina dipaksa menjual solar campur minyak sawit 35% untuk dikelola di kilang kilang pertamina, didistribusikan melalui infrastruktur pertamina dan untuk dijual di SPBU Pertamina. Pertamina dipaksa melalui peraturan, melalui regulasi, kalau terjadi apa-apa, kecelakaan, kerusakan akibat program ini maka Pertamina harus tanggung sendiri.
Sawit sedang bermasalah di dunia internasional sekarang, mereka kehilangan pasarnya di Uni Eropa, ditolak karena dianggap sebagai sumber atau biang kerok deforestasi, kerusakan hutan yang menyebabkan perubahan iklim global. Hanya pasar di beberapa negara yang tersisa. Tapi sawit telah kehilangan pasar terbaik mereka.
Ketemu ide menggunakan isu transisi energi hasil studi kalangan bebas bahwa sawit bisa dapat nilai komersial lagi melalui program bio diesel, campur dengan minyak solar. Tapi kalau campur sendiri siapa yang beli? Infrastruktur buat menjual tidak ada, belum lagi masyarakat belum tentu mau membeli solar campur minyak sawit yang masih mengandung air. Bahan bakar oplosan model begini bisa membuat mesin berkarat.
Maka digunakan kekuasaan, yakni ngompreng ke Pertamina sebagai penjual BBM terbesar di tanah air. Tidak tanggung bandar sawit mampu menjual 13,5 juta ton langsung kepada Pertamina. Itu baru untuk B35. Kalau naik menjadi B70 maka itu berarti bandar sawit langsung bisa meraup penjualan 27 juta ton sawit atau separuh produksi sawit para bandar sawit Indonesia.
Luar biasa bisnis ngompreng para oligark Indonesia. Mereka tidak peduli dari mana Pertamina dapat uang buat beli minyak sawit, bagaimana Pertamina memastikan bahwa infrastrukturnya cocok buat angkut minyak sawit, mereka juga tidak peduli SPBU tempat menampung minyak solar campur minyak sawit yang masih mengandung air ini bisa-bisa mengalami kerusakan akibat bisnis ngompreng ini. Bagaimana kalau pom-pom bensin ini berkarat dan jebol? Siapa yang tanggung jawab.
Mengapa tidak suruh bandar sawit jual sendiri minyak sawit campur solar? Biar mereka hadapi sendiri penolakan EU bahwa solarisasi sawit bukan bagian dari agenda transisi energi. Mengapa pengecut dan menyuruh pertamina menanggung sendiri penyimpangan agenda transisi energy ini?[]
———————
Catatan Redaksi: Apabila ada pihak yang merasa dirugikan dan /atau keberatan dengan penayangan artikel dan /atau berita tersebut diatas, Anda dapat mengirimkan artikel dan /atau berita berisi sanggahan dan /atau koreksi kepada Redaksi kami, sebagaimana diatur dalam Pasal 1 ayat (11) dan (12) Undang_undang Nomor 40 tahun 1999 tentang Pers. Artikel/berita dimaksud dapat dikirimkan melalui email: globalindonews74@gmail.com
Kunjungi juga kami
di www.globalindonews.com