Dobel Cumlaude Dan Dobel Gelar di Dua Kampus Berbeda: Dari Ruang Digital ke Panggung Sejarah, Mewariskan Cahaya Untuk NTT

WhatsApp Image 2025-10-21 at 15.14.24_256a95bc

 

Kupang, GlobalIndoNews – Dalam gelaran Wisuda ke-34 Universitas Muhammadiyah Kupang (UMK), Selasa 7 Oktober 2025, terselip sebuah kisah prestasi akademik langka yang patut dicatat dalam tinta emas dunia pendidikan Nusa Tenggara Timur.

Hamdan Saleh Batjo bukan sekadar wisudawan biasa, melainkan bukti nyata komitmen seorang ayah yang konsisten mengejar cita-cita akademik tertinggi.

Baru pada 1 September 2025 lalu, pria ini menyandang gelar Magister Hukum (M.H.) dari Fakultas Hukum Universitas Nusa Cendana (Undana) dengan predikat cumlaude (IPK 3,89). Kini, di penghujung tahun yang sama, ia kembali mempersembahkan prestasi gemilang dengan meraih gelar Magister Ilmu Sosiologi dari Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UMK Kupang dengan IPK sempurna 4,00 (summa cumlaude).

Dalam kapasitasnya sebagai perwakilan wisudawan, Hamdan dengan suara tenang namun penuh keyakinan mengungkap motivasi terdalam perjalanan akademisnya yang tak biasa.

“Keinginan saya sederhana,” ujarnya, “menjadi contoh nyata bagi anak-anak tentang arti penting pendidikan.”

Dari Kelas Maya ke Medan Pengabdian

Dengan gaya bertutur laksana seorang guru bijak yang telah lama berkecimpung di dunia pendidikan, Hamdan membawa hadirin menyusuri lorong waktu generasi pandemi.

“Kami memulai perjalanan kuliah di tengah puncak wabah, ketika ruang kelas beralih ke layar gawai,” kenangnya. “Kini kami menutup masa studi di saat bangsa ini tengah bergulat dengan berbagai tantangan besar.”

Dari ketidakpastian itu lahir hikmah berharga. Disiplin, kesiapan, dan komitmen menjadi senjata ampuh untuk bertahan. Namun bagi Hamdan dan rekan-rekan seangkatannya, bertahan saja tidak cukup.

“Tugas kami sekarang adalah melanjutkan ikhtiar dengan kerja nyata, inovasi, dan kontribusi terbaik,” tegasnya.

Transformasi Digital: Kampus Menjawab Zaman

Sebagai representasi kampusnya, Hamdan dengan cerdas memetakan langkah transformasi UMK Kupang dalam merespons tantangan zaman. Ia menyoroti tiga pilar strategis yang menjadi fokus pengembangan: peningkatan kualitas akademik berbasis IT, penguatan riset dan inovasi digital, serta kesiapan menghadapi era Industri 4.0 dan Society 5.0.

“Universitas Muhammadiyah terus berbenah,” paparnya dengan runtut, “agar setiap unsur mampu membentuk pola baru dalam pelayanan akademik.”

Pergeseran paradigma menuju network governance dan collaborative governance menjadi kata kunci dalam visi besar ini.

Filosofi Empat Pilar Kehidupan: Warisan Intelektual untuk Generasi Penerus

Bagian paling berkesan dari pidatonya adalah ketika ia merangkai filosofi Stephen R. Covey tentang The Four L’sto Live, to Love, to Learn, to Leave a Legacy – dengan kearifan lokal dan semangat kebangsaan. Dengan pendalaman yang matang, ia menjabarkan setiap pilar kehidupan itu bak seorang mentor berpengalaman.

“Bung Karno pernah berpesan,” ujarnya mengutip, “gantungkanlah cita-citamu setinggi bintang di langit, dan kalaupun jatuh, engkau akan jatuh di antara bintang-bintang.”

Kutipan ini disambut tepuk tangan meriah hadirin, seakan mengukuhkan semangat baru yang dibawa para lulusan.

Dengan semangat seorang motivator ulung, ia pun merinci modal dasar yang harus dimiliki setiap lulusan UMK: strategi, integritas, akuntabilitas, profesionalisme, hospitality (keramahan), dan networking (jaringan).

“Integritas adalah fondasi utama,” tegasnya, “karena di tangan orang cerdas dan berenergi tanpa integritas, daya rusaknya justru besar.”

Dalam konteks global, ia menyampaikan pesan tegas: “You must speak English fluently if you like to compete.” Sebuah pernyataan visioner tentang pentingnya penguasaan bahasa asing dan keunggulan komparatif di era Revolusi Industri 4.0.

Epilog Penuh Khidmat: Mengenang yang Tak Hadir

Mengakhiri orasinya, Hamdan menghadirkan momen paling mengharukan. Suasana hening seketika menyergap ruangan ketika ia memimpin doa bagi orang tua yang telah berpulang, yang terbaring sakit, atau yang terpisah oleh jarak.

“Bagi ayah dan ibu yang telah mendahului kita,” katanya dengan suara bergetar penuh khidmat, “marilah sejenak kita tundukkan kepala…”

Kalimat itu menyentuh relung hati setiap insan yang hadir, mengingatkan semua akan pengorbanan di balik setiap kesuksesan.

Kepada para dosen, ia menyampaikan penghormatan tertinggi. “Kepada bapak/ibu dosen dan pembimbing, yang menyulakan cahaya di tengah gelap pencarian…” — sebuah metafora indah yang menggambarkan hakikat pendidikan sejati.

Dengan penuh keyakinan, Hamdan menutup pidatonya, meninggalkan pesan abadi: “Be strong, Be smart, Be honest, & Be humble. Jadilah anak bangsa yang membawa cahaya dan kedamaian.”

Prosesi wisuda ini bukan sekadar seremonial belaka. Ia adalah peluncuran sebuah generasi baru NTT yang siap meninggalkan legacy, membawa obor pengetahuan yang dinyalakan di ruang-ruang digital menuju medan pengabdian yang sesungguhnya.

Hamdan Saleh Batjo dan rekan-rekan seangkatannya telah membuktikan bahwa dengan integritas dan ilmu, mereka siap menjadi bintang-bintang yang menerangi masa depan tanah Flobamorata. (*)

———————

Catatan Redaksi: Apabila ada pihak yang merasa dirugikan dan /atau keberatan dengan penayangan artikel dan /atau berita tersebut diatas, Anda dapat mengirimkan artikel dan /atau  berita berisi sanggahan dan /atau koreksi kepada Redaksi kami, sebagaimana diatur dalam Pasal 1 ayat (11) dan (12) Undang_undang Nomor 40 tahun 1999 tentang Pers. Artikel/berita dimaksud dapat dikirimkan melalui email: globalindonews74@gmail.com

Kunjungi juga kami

di www.globalindonews.com