Haji Arsad Djalating, Rezeki Samudera Sedekahi Pulau Kera
Catatan: Gerardus D. Tukan
Pulau Kera, GlobalIndoNews – Namanya Haji Arsad Djalating, pria asal Wakatobi, Sulawesi Tenggara yang lahir 31 Desember 1979, merupakan pelaut turunan dari nenek moyang orang pelut. Di tahun 2000, ia menjalani perjalanan hijrah dari Wakatobi dan ingin hidup di Pulau Rote. Namun dalam perjalanan mengarungi samudera biru lautan Indonesai Timur ini, ia terdampar di Pulau Kera, sebuah pulau kecil berukuran 25 hektar di dalam perairan laut Teluk Kupang, sekitar 16,8 mil dari bibir pantai Kota Kupang. Pria yang adalah warga suku Bajo itu masuk dan menempati Pulau Kera, didalam masa tahun 2000, dan menjadi bagian dari warga penghuni Pulau Kera.
Sebelum hijrah keluar dari Wakatobi menuju kepualau NTT, anak ke 3 dari 11 bersaudara buah hati pasangan Haji Rasaka dan ibu Manaria ini menikahi Rosdiana di Wakatobi, tahun 1990. Ia lebih dahulu arungi perjalanan hendak ke Pulau Rote ketika itu untuk melihat tempat hidup baru, sebelum menjemput istrinya. Namun, nasib berkata lain. Ia terdampar di Pulau Kera, dan malah betah tinggal di pulau yang tidak ada air tawar itu. Selama berada dan menjalani hidup di Pulau Kera, Haji Arsad berprofesi sama seperti semua laki-laki penghuni pulau pasir itu, yakni nelayan.
Suami dari Hajah Rosdiana dan dikaruniai 2 anak serta 2 cucu itu selain menjalani profesi sebagai nelayan, juga mendukung aktivitas keseharian istrinya dengan membuka kios di rumah, di Pulau Kera. Barang-barang jualan di kios, dibelinya dari toko Panca Sakti di Pasar Oeba Kupang, dan diseberangkan ke Pulau Kera menggunakan perahu miliknya. Di tahun 2013, ia bersama istrinya, Hajaa Rosdiana, menunaikan ibadah haji ke tanah suci, dan merupakan jamaah haji asal Pulau Kera.
Rezeki yang didulang oleh ayah dan ibu dari Arizka ini disisihkan pula untuk sesama warga di Pulau Kera, khususnya anak-anak yang ada di sekitar tempat tinggalnya. Bentuk sedekah yang disiapkan dan diberikan kepada anak-anak di sekitar tempat tinggalnya yakni dengan cara membangun sebuah rumah berukuran 6 x 6 meter, yang dijadikan sebagai rumah Pengajian dan belajar Al Quran. “Saya bangun rumah kecil ini untuk tempat anak-anak kumpul, mengaji dan belajar Al Quran”. Ungkapnya dengan raut wajah gembira karena bisa menghadirkan sebiah fasilitas pembinaan agama bagi anak-anak.
Ditambahkannya bahwa anak-anak Pulau Kera yang tinggal cukup terisolir, perlu mendapat pendidikan yang baik seperti anak-anak lain di daerah lain, serta penanaman agama Islam dan akhlak. Dengan rumah pengajian yang dibangunnya ini maka anak-anak dapat berkumpul, belajar bersama, belajar membaca Al Quran, menulis Arab, praktik sholat dan doa-doa, serta mendengarkan kisah Nabi dan Sahabat Nabi. Guru ngaji didatangkannya dari Alor dan dibiayai secara swadaya. Baginya, anak-anak Pulau Kera harus mendapat pendidikan dan pendalaman agama yang baik.
Mendirikan sebuah rumah permanen di Pulau Kera yang dilakukan H Arsad untuk tempat kumpul dan pengajian bagi anak-anak, tampak membutuhkan perjuangan yang cukup menantang. Tantangan yang telah dilewati adalah membawa dan menyeberangkan material bangunan yang dibeli di Kota Kupang, dimuat dalam kapal atau perahu berukuran kecil, tidak sampai 1 GT, dan harus menyeberangi laut sejauh 16,8 mil lebih selama sekitar 40 menit perjalanan.
Semen, besi, seng kayu dan material bangunan lain harus diangkut dari Kupang, secara cicil, melewati gelombang laut yang kadang kurang bersahabat. Tiba di Pulau Kera, tidak ada pelabuhan jetty untuk melabuhkan perahu agar bahan-bahan bangunan dapat diurunkan dengan lebih aman. Harus lompat turun dari perahu dan berdiri di dalam air dengan ketinggian dada orang dewasa, kemudian pikul bahan bangunan ke darat.
Perjuangan yang dijalankan Haji Arsad dan dalam dukungan istri serta anggota keluarganya, membuahkan hasil, Sebuah rumah permanen dengan lantai keramik dan teras mengelilingi bangunan tersebut, sangat nyaman bagi anak-anak. Lalu, untuk memperkuat sedekah yang diberikan oleh dirinya dan keluarga bagi sesama maka Haji Arsad mendirikan Lembaga yang menaungi rumah pengajian tersebut. Lembaga yang didirikan bernama Lembaga Pengajian Nuruddin Pulau Kera, yang didirikannya tanggal 22 September 2022.
Direncanakan, gedung pengajian dan lembaga yang didirikannya, akan diresmikan tanggal 25 Desember 2022 mendatang, oleh Kementrian Agama Kabupaten Kupang. Kita tentu berharap, sedekah yang diberikan oleh Haji Arsad dan keluarganya ini dapat membuat anak-anak Pulau Kera mengalami tambahan belajar dan tambahan pengetahuan di luar jam sekolah, sebagaimana anak-anak di tempat lain, terutama di bidang agama dan sikap serta karakter.(WN/Red)
———————
Catatan Redaksi: Apabila ada pihak yang merasa dirugikan dan /atau keberatan dengan penayangan artikel dan /atau berita tersebut diatas, Anda dapat mengirimkan artikel dan /atau berita berisi sanggahan dan /atau koreksi kepada Redaksi kami, sebagaimana diatur dalam Pasal 1 ayat (11) dan (12) Undang_undang Nomor 40 tahun 1999 tentang Pers. Artikel/berita dimaksud dapat dikirimkan melalui email: globalindonews74@gmail.com
Kunjungi juga kami
di www.globalindonews.com