Kedang itu Indah Tapi Nyaris Dilupakan

Foto : Jalan di tanjung baja
Oleh: Akhmad Bumi
Lembata, GlobalIndoNews – Kedang (Edang) nama salah satu wilayah di kabupaten Lembata, propinsi Nusa Tenggara Timur, dahulu oleh Belanda menyebutnya Lomblen. Dari kota Lewoleba ditempu dengan kendaraan roda dua atau empat sekitar satu jam lebih, sebelumnya sekitar empat atau lima jam, bahkan di era tahun 1980an ditempu dalam waktu sehari penuh, karena jalan bebatuan, berlubang dan berdebu. Mungkin dahulu, Lembata belum masuk dalam pantauan radar Negara. Cukup terisolir, bahkan tidak dihitung.
Tahun 1999, Lembata berdiri sendiri dan menjadi kabupaten sendiri (otonomi), terpisah dari kabupaten induknya Flores Timur. Sebelum menjadi kabupaten yang otonom, Lembata dipimpin oleh kordinator Schap. Kordinator schap atau Pembantu Bupati, mewakili Bupati Flotim dalam wilayah kordinator Schapnya dalam melaksanakan urusan pemerintahan dan bertanggungjawab kepada Gubernur melalui Bupati.
Daerah yang terisolir dimasa itu, perlahan membenah diri hingga sekarang, jauh membaik dari era tahun 1980-an.
Di Kedang terdapat dua kecamatan, kecamatan Omesuri dan kecamatan Buyasuri. Dalam Pemilu biasa disebut dapil III. Pada Februari 2022 dirilis oleh KPU Lembata, di Kedang dengan pemilih terbanyak sebesar 28.277 atau sekitar 30,32% dari total pemilih 93.271 dikabupaten Lembata. Setiap hajatan politik semisal Pilkada, banyak yang menghitung dapil III (Kedang). Sekarang hendak ke Kedang, tidak terlalu sulit, butuh waktu sekejab sudah tiba disana.
Berapa bulan yang lalu sekitar bulan Maret, saya berlibur dan pulang kampung. Ditanjakan tanjung baja, bertemu dengan kontraktor yang lagi bekerja. Dia sahabat saya, namanya Paulus Lembata, biasa dipanggil Aco Hui. Memakai helm proyek, baju kaos, celana jens yang kotor motor, penuh cairan dari sisa aspal.
Sayapun berhenti sebentar, matikan mobil, keluar dari mobil dan ngobrol sejenak sekitar 20 menit dipinggir jalan, tepat dijalan seko leko (berliku). Sahabat itu bercanda, teman sekarang kamu orang Kedang sudah enak, jalan sudah mulus sampai disana, hotmix semua. Baik teman jawab saya, terima kasih sudah kerjakan jalan ini dengan baik. Proyek jalan dengan dana APBN, Mei ini selesai sesuai kontrak kata teman itu.
Sebelum tiba di Kedang, kita akan melewati pantai Lewolein dengan panorama yang indah. Disaat senja kita akan dimanjakan dengan sunset sebelum matahari terbenam. Suasana cukup indah dengan secercah cahaya matahari yang mulai redup. Sambil menikmati kopi dan hidangan ketupat dan ikan goreng gurih ala penduduk setempat, melihat air laut yang tenang dengan sedikit percikan, menambah kehangatan saat menjelang malam. Banyak pemburu senja mengabadikan sunset dalam galeri foto mereka dilokasi ini, diunggah dimedia sosial dengan caption-caption yang indah.
Diatas tanjung baja, dipagi hari sekitar jam 9 atau 10, kita akan memandang teluk Hadakewa dengan keindahan awan diatas gunung Ile Lewotolok. Gunung yang seakan berdiri diatas laut. Ada kedamaian, seolah ada istanah disana. Teringat lirik lagu Katon Bagaskara “Negeri di Awan” yang cukup populer itu. Berjalan sekitar 2 (dua) kilometer lagi, kita akan disugukan panorama gunung Uyelewun (Kedang) dengan teluk Balauring yang indah. Dua gunung ini saling berhadapan, saling menatap antara Ile Lewotolok dan Uyelewun.
Di selatan ada gunung Labalekang, disebut sebagai gunung tertinggi di Pulau Lembata, juga ada gunung Ile Werung disebelahnya, yang pada periode almarhum Bupati Yentji Sunur dijadikan sebagai salah satu destinasi wisata.
Cerita Lembata yang mungil itu tidak lepas dari ceritra gunung dengan segala panorama keindahannya. Seolah kota Lewoleba dikepung oleh gunung-gunung yang disebutkan itu. Memang indah. Begitu juga dipolitik, selalu dikait-kaitkan dengan gunung-gunung itu dengan segala tafsirannya, tafsir gunung dengan segala keindahan disekitar. Ile Lewotolok, Uyelewun, Labalekang dan Ile Werung. Bagi yang lagi dikaki gunung, selamat menikmati senja dengan sunset yang mempesona dan selamat berlibur akhir pekan. ‘Kedang itu indah tapi nyaris dilupakan’. (Redaksi)
7 Oktober 2022
Penulis; Anak Lembata tinggal di Kupang
———————
Catatan Redaksi: Apabila ada pihak yang merasa dirugikan dan /atau keberatan dengan penayangan artikel dan /atau berita tersebut diatas, Anda dapat mengirimkan artikel dan /atau berita berisi sanggahan dan /atau koreksi kepada Redaksi kami, sebagaimana diatur dalam Pasal 1 ayat (11) dan (12) Undang_undang Nomor 40 tahun 1999 tentang Pers. Artikel/berita dimaksud dapat dikirimkan melalui email: globalindonews74@gmail.com
Kunjungi juga kami

Oktober 8, 2022 @ 3:01 am
Trimakasih telah mengukir cerita indah dalam benak ku,,salam dari bali
Oktober 8, 2022 @ 8:33 am
Terima Kasih
Desember 8, 2022 @ 12:11 pm
Terima Kasih terus mengupdate Global Indo News dari Bali.