Launching Buku Sejarah Lembata, Kado Terindah HUT Otonomi Lembata Ke-23

LEMBATA, GlobalIndoNews – Launching Buku Sejarah Lembata, sebagai Kado Terindah HUT Otonomi Lembata Ke-23. Putra Asal Lembata, Thomas B. Ataladjar, Jurnalis dan Penulis Buku bertajuk ”Lembata Dalam Pergumulan Sejarah dan Perjuangan Otonominya”, segera dilaunching. Launching buku ini sebagai Kado Terindah Hari Ulang Tahun (HUT) Otonomi Kabupaten Lembata ke-23 (12 Oktober 1999-12 Otober 2022).
Buku setebal 525 halaman itu telah diagendakan untuk di Launching. Launching pertama dilakukan secara adat dan budaya bertempat di Hadakewa, Selasa, 11/10/2022. Lauching kedua Rabu, 12/10/2022 di Hotel Palm Indah Lewoleba sekaligus dilakukan seminar.
Demikian penjelasan para Narasumber dari Jakarta dalam Konferensi Pers Senin, (10/10/2022) di Hotel Palm Indah, Lewoleba, Kabupaten Lembata.
Tampil dalam Konferensi Pers para Narasumber H. Sulaeman L. Hamzah, Anggota DPR RI Fraksi Partai Nasdem dan Pejuang Otonomi Lembata, Thomas Ataladjar, Penulis Buku, Dr. Yapi Taum, Dosen Bahasa dan Sastra Universitas Sanata Dharma Jogjakarta dan Dr. Goris Lewoleba, Dosen di Jakarta sekaligus moderator memandu jalannya Konferensi Pers.
Dr. Goris Lewoleba selaku Moderator menjelaskan, kami datang ke Lembata membawa sejumlah agenda acara yang diawali dengan Lauching buku pertama secara adat dan budaya di Hadakewa, Ibukota Kecamatan Lebatukan yang merupakan tonggak sejarah Statemen 7 Maret 1954.
Kemudian Launcing kedua berlangsung pada hari bersejarah, 12 Oktober 2022 di Hotel Palm Indah sekaligus dilakukan seminar yang diikuti berbagai stakeholder baik Pemkab Lembata, tokoh pejuang, tokoh masyarakat dan undangan lainnya.
Seminar ini, jelas Goris, amat penting agar buku sejarah ini dapat diketahui oleh masyarakat khususnya generasi muda kita, anak-anak Lewotana Lembata. Bahkan buku sejarah ini dapat dijadikan Mata Pelajaran Muatan Lokal (Mulok) yang sangat berharga bagi generasi muda, teristimewa anak-anak sekolah baik SD, SMP dan SMA/SMK di Lembata.
Mengapa sebelum Launching buku ini kami mengundang para Wartawan secara khusus mengahadiri Konferensi Pers ini? Menurut Goris, kami tahu bahwa Media dan Jurnalis adalah Pewarta Kebaikan dan Kebenaran. Peran Media sangat penting untuk melakukan transformasi informasi dan mensosialisasikan buku ini secara menyeluruh untuk diketahui masyarakat.
Menurut Goris Lewoleba, buku yang ditulis oleh Thomas Ataladjar lewat penelitian dan pengumpulan dokumen memakan waktu panjang. Karena itu, buku ini sangat bernilai historis, monumental dan legendaris.
Kehadiran Anggota DPR RI, H. Sulaeman Hamzah, tokoh dibalik perjuangan Otonomi Lembata turut mewarnai terbitnya hingga launching buku ini. “Hajatan yang bernuansa literasi ini juga untuk memaknai Indonesia Emas dan berprospek ke depan mewarnai 50 tahun otonomi Lembata di masa depan bagi generasi muda kita. Kami hadir disini tidak ada muatan politik. Tapi semata membawa kado terindah sebuah buku bagi Lewotana Lembata”, tegas Goris Lewoleba, alumnus FKIP Undana Kupang itu.
Pejuang Otonomi Lembata, H. Sulaeman L. Hamzah, Anggota DPR RI Fraksi Partai Nasdem dari Daerah Pemilihan Provinsi Papua mengatakan, kami tim lengkap dari Jakarta sebagai keluarga besar Diaspora datang karena kecintaan kami kepada Lewotana Lembata. Kami membawa sebuah kado indah berupa buku sejarah bernilai dokumenter dan monumental sangat tepat dijadikan Mulok bagi generasi muda dan pelajar.
Sebagai diaspora yang mengabdi di Jakarta patut mengapresiasi kepada Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Lembata karena baru kali ini memberi ruang bersama merayakan HUT Otda Lembata ke-23. Terus terang, dan secara jujur saya mau katakan bahwa Pemkab sebelumnya tidak seperti sekarang ini yang membangun komunikasi yang baik sehingga acara ini dapat dilaksanakan bertepatan dengan Hut Otda Lembata.
Menurut Sulaeman Hamzah tradisi membuka ruang komunikasi antara Pemkab Lembata dan Diaspora untuk menjalin kerjasama membangun Lembata merupakan sebuah tradisi yang baik patut dipertahankan, dijaga dan dirawat oleh kita semua. Seminar Launcing buku ini sangat penting untuk menghadirkan berbagai pihak baik pemerintah, Kepala Desa, Camat, masyarakat maupun generasi muda pelajar agar memahami sejarah dan sekaligus berdiskusi yang matang tentang buku ini ke depan dijadikan mata pelajaran Mulok.
Sulaeman Hamzah yang akrab dengan Wartawan dan Media itu, bahkan mengingatkan agar menulis apa adanya, sesuai fakta dan data yang ada. Tentu saja tidak hanya mewartakan yang baik-baik saja. Namun wartawan yang juga mengemban tugas kontrol sosial juga mesti melakukan kritikan kepada masyarakat dan pemerintah demi adanya perubahan Lembata yang lebih baik, maju dan sejahtera.
Menurut Sulaeman Hamzah, Lembata ini sangat potensial baik disektor Kelautan, Perikanan dan pertanian. Pemkab Lembata mesti terus bergerak mengembangkan semua potensi unggulan agar meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD). Dengan demikian kita tidak terus bergantung pada anggaran tranfer dari Pemerintah Pusat.
“Kita harus tingkatkan pendapatan fiskal daerah. Terkait pengembangan sektor pertanian, sebagai angggota DPR RI meski dari Daerah Pemilihan Provinsi Papua yang mengurus 29 Kabupaten, saya sebagai anak tanah Lembata juga selama ini memberi perhatian. Besok juga saya akan memberikan bantuan bibit jagung membantu para petani’, ungkap Sulaeman Hamzah.
Dosen Bahasa dan Sastra Universitas Sanata Dharma Jogjakarta, Dr. Yapi Taummengatakan, Launching buku ini sangat penting karena kita sedang dalam pendekatan fase sejarah. Buku ini justru menandai adanya fase sejarah apalagi ditulis oleh putra Lembata yang telah pengalaman menulis buku serupa Sejarah Jakarta, Sejarah Banten, dan Kepulauan Seribu . Tiap daerah punya sejarah. Begitu pula Lembata punya sejarah meski ditulis versi berbeda-beda. Kita mengenal catatan sejarah Swapraja Larantuka dan Adonara, ada Padji dan Demong. Ini pembagian oleh penjajah dulu yang tidak menguntungkan dan membangun persatuan.
Menurut Yapi Taum, yang juga putra asal Lembata, buku ini amat penting untuk segera diluncurkan agar dapat diketahui oleh seluruh masyarakat ditengah program pembangunan literasi. Dokumen sejarah boleh ada, tapi dokumen harus menjadi buku sejarah yang bernilai monumental dan menjadi Mulok bagi generasi pelajar kita.
Karena itu, lanjut Yapi Taum, buku ini setelah launching harus disosialisasikan kepada masyarakat untuk tahu dan memahami sejarah dan otonomi Lembata. “Selain buku sebagai dokumen historis monumental, perlu pula dibangun monumen di Hadakewa. Karena itu, napak tilas kita lakukan ini kepada para pejuang sebagai bagian mengenang perjuangan mereka misalnya memberi nama Pelabuhan dan Bandara di Lembata”, tambah Yapi Taum.
Penulis Buku, Thomas B. Ataladjarmengungkapkan, bahwa menulis buku ini jelas makan waktu sangat panjang mencapai 30 tahun. Menurutnya, hal ini harus dilakukan agar data dan fakta sejarah itu obyektif dan benar adanya.
Bukan mengandai-andai dan bercerita konon kabarnya. Selain mengumpulkan berbagai dokumen, referensi dan literatur tapi juga dilakukan wawancara dengan para narasumber dan pelaku sejarah. Bahkan wawancara dilakukan berkali-kali agar mendapatkan data yang benar dan obyektif dan menghindari unsur subyektivitas penulis. Saya juga pernah melakukan wawancara dengan Bapak Petrus Gute Betekeneng sebanyak 8 kali. Sebab menurut Thomas Ataladjar, menulis buku sejarah betapa sulitnya.
Tapi mesti kita tekuni dengan ulet dan sabar. Ia pun mengakui bahwa buku sejarah yang ditulisnya ini tentu tidak sempurna sehingga mendorong kita, juga para jurnalis untuk terus menggali, meneliti dan menulis. Sebab, yang sempurna itu hanya Kitab Suci.
Dalam buku ini pula Penulis mengugkapkan peradaban masyarakat Lembata sangat baik sejak jaman purbakala. Dalam buku ini juga dilukiskan ada sepuluh tonggak sejarah Lembata.
10 Tonggak Sejarah Lembata
Buku “Lembata Dalam Pergumulan Sejarah dan Perjuangan Otonominya”, Thomas Ataladjar Penulis Buku menyajikan tidak kurang dari 10 tonggak atau periodisasi sejarah yang digumuli Lembata selama ini. Yakni sejarah purbakala sejak zaman nirleka (pra-aksara) atau masa prasejarah; sejarah asal usul dan migrasi suku-suku; sejarah kebencanaan; Sejarah masuknya dua agama wahyu ke Lembata Islam dan Katolik; Sejarah Pendidikan dan masuknya Peradaban baru di Lembata; Sejarah Kolonial dan Swapraja dengan sistem Paji Demong di Lembata; Sejarah pemerintahan zaman kolonial dan swapraja; sejarah kebudayaan Lembata; Sejarah Perjuangan Rakyat Lembata sampai mencapai otonominya 1999, dan Sejarah Lembata dalam namanya.
Begitu banyak tonggak sejarah yang telah digumuli Lembata. Dan sebagian besar tonggak sejarah tersebut merupakan latar belakang dari Sejarah Perjuangan Rakyat Lembata.
Buku ini dipartisi dalam dua bagian, masing-masing bagian disusun berdasarkan bab-bab yang berbeda, yakni bagian Pra sejarah dan bagian Sejarah. Bagian pertama menyajikan tentang Lomblen era prasejarah termasuk fase migrasi serta asal usul suku-suku masuk ke Lomblen juga
dibahas tentang Sina Jawa-Malaka, Seran Goran Abo Muar, Lepan Batan-Kroko Puken serta bencana Kroko Puken dan Awololo; juga tentang agama asli leluhur Lera Wulan Tana Ekan (Tuhan Penguasa Langit dan Bumi) serta aneka ritus budaya lainnya.
Bagian kedua, menyajikan Lomblen memasuki era sejarah ditandai dengan masuknya dua agama wahyu Islam dan Katolik di Lomblen. Sejarah pemerintahan Lomblen era kolonial dan swapraja (Kakang dan Kapitan). Sistem Paji Demong yang merupakan momok bagi rakyat Lomblen.
Sejarah masuk dan berprosesnya pendidikan dan peradaban baru di Lembata. Sejarah Perjuangan Otonomi Rakyat Lembata sejak sebelum, menjelang dan seputar 7 Maret 1954 serta seluruh proses perjuangannya sejak 1954 hingga Lembata menjadi kabupaten tahun 1999. Sejarah Kebencanaan Lembata; Sejarah budaya dan masyarakat di Lembata dan sebagainya. Semuanya ini telah turut mengukir sejarah perjalanan Lembata bahkan telah menjadi bagian dari sejarah pulau Lembata sendiri.(WN/*/Red)
———————
Catatan Redaksi: Apabila ada pihak yang merasa dirugikan dan /atau keberatan dengan penayangan artikel dan /atau berita tersebut diatas, Anda dapat mengirimkan artikel dan /atau berita berisi sanggahan dan /atau koreksi kepada Redaksi kami, sebagaimana diatur dalam Pasal 1 ayat (11) dan (12) Undang_undang Nomor 40 tahun 1999 tentang Pers. Artikel/berita dimaksud dapat dikirimkan melalui email: globalindonews74@gmail.com
Kunjungi juga kami
di www.globalindonews.com