Mahasiswa Pasca Sarjana Ilmu Lingkungan Undana Lakukan Kunjungan ke Pulau Kera, Warga Keluhkan Air Minum dan Listrik

Mahasiswa Pasca Sarjana Ilmu Lingkungan Undana Lakukan Kunjungan ke Pulau Kera, Warga Keluhkan Air Minum dan Listrik

 

Kupang, GlobalIndoNews – Mahasiswa Pasca Sarjana, Program Studi Ilmu Lingkungan Undana Kupang Angkatan 2022/2023 melakukan kunjungan ke Pulau Kera, kabupaten Kupang Sabtu, (8/10/2022).

Khalid, seorang mahasiswa menjelaskan “kami ke pulau Kera melakukan praktek mata Kuliah Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil. Kami sebanyak 16 orang, didampingi dosen DR. Ir. Yahya, M.Si, pengasuh mata Kuliah Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil.

Ke pulau Kera ditempuh kurang lebih selama 1 jam dari pelabuhan Namosain, Kota Kupang dengan menumpang Perahu Lampara, milik nelayan Namosain”, jelasnya.

Hamdan, Ketua RW setempat kepada GlobalIndoNews menyatakan “terdapat 2 RT di wilayah Pulau Kera yakni RT 030 dan RT 031 dengan jumlah penduduk 105 Jiwa.  Mayarakat di pulau ini memiliki keterbatasan akses terhadap air minum dan listrik, ada 2 buah sumur air payau, untuk kebutuhan air minum warga mengambilnya dari Oeba Kota Kupang.

Untuk memenuhi kebutuhan listrik masyarakat setempat mengandalkan generator dan panel sel surya.  Terdapat 1 buah sekolah Madrasah (MIN) dengan 7 orang pengajar yang terdiri dari Guru PNS, GTT dan Guru PTT serta 1 buah masjid.

Dipulau Kera ini terpadat 1 satu buah mercusuar. Asal nama Pulau Kera berawal ketika ada pelaut dari daratan Flores singgah di pulau tersebut untuk mengambil air minum, para pelaut mengambil air dari sumur yang berada tepat ditengah pulau dengan menggunakan timba / kera (Bahasa Flores).

Ketika mereka meninggalkan pulau, mereka baru sadar bahwa timba/kera tersebut tertinggal dipulau, sejak itu nama pulau tersebut dikenal dengan nama Pulau Kera. Suku yang mendiami pulau tersebut adalah suku Bajo yang berasal dari Sulawesi.

Leluhur /nenek moyang suku Bajo yang kuburnya juga berada ditengah pulau diketahui telah berada dipulau tersebut sejak tahun 1920. Akibat adanya pemboman pada masa Belanda mereka pun akhirnya mengungsi ke Pulau Sulamu Kabupaten Kupang.  

Tahun 1992 terjadi pembongkaran Kubur Leluhur Suku Bajo yang terdapat dipulau Kera, sehingga 25 KK suku Bajo yang berada di Sulamu Kabupaten Kupang akhirnya memutuskan untuk Kembali menetap di Pulau Kera pada tahun 1995.

Mata Pencaharian utama masyarakat Pulau Kera sebagai Nelayan dan Petani Rumput Laut, namun Rumput laut yang terdapat dipulau ini bukan hasil budidaya melainkan rumput laut yang berasal dari alam”, jelas Hamdan.

Dari hasil pengamatan Mahasiswa PPS Undana terdapat beberapa jenis Vegetasi yang tumbuh pulau ini antara lain, pohon Pinus, pohon turi, serta didominasi olah semak belukar.

Masyarakat setempat mengeluhkan kurangnya perhatian Pemerintah terhadap penduduk Pulau Kera, mereka hampir tidak merasakan program-program Pemerintah, yang ada hanyalah bantuan dari berbagai pihak swasta. Mereka mengakui bahwa tidak akan menolak program relokasi dari Pemerintah seandainya ada, tapi tentunya Pemerintah harus menempatkan mereka dilokasi yang sesuai dengan mata pencaharian mereka sebagai Nelayan agar mereka mampu beradapatasi dengan baik ditempat baru, jelas Khalid.(*/tim/red)