Prof. Dr. Gorys Keraf Tetap Hidup di Hati dan Pikiran, Menjadi Pemicu Mencintai Bahasa Indonesia
LEMBATA, GlobalIndoNews – Cerita ketokohan Prof. Dr. Gorys Keraf harus tetap hidup dalam hati dan pikiran. Prof. Dr. Gorys Keraf adalah tokoh, harus menjadi pemicu bagi kita untuk semakin mencintai Bahasa Indonesia. Kuncinya literasi. Literasi tidak saja menjadi sebuah gerakan tetapi harus menjadi budaya. Karena budaya literasi yang tinggi akan membentuk masyarakat berpengetahuan (knoledge Society), menentukan eksistensi dan kemampuan suatu bangsa dalam persaingan global.
Hal itu dikatakan Penjabat Bupati Lembata, Marsianus Jawa dalam sambutan tertulisnya, dibacakan Asisten Administrasi dan Pembangunan Sekda Lembata, Drs. Ambrosius Wurin Leyn pada seminar Bulan Bahasa di Auditorium Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Lembata, Lewoleba, Kamis, (20/10).
Hadir dalam seminar Sekretaris Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Daerah Kabupaten Lembata, Raymundus Beda, SE selaku tuan rumah. Narasumber, Jurnalis dan Penulis Sejarah Lembata, Thomas Ataladjar. Tokoh Pemuda dan pegiat Literasi, Yoris Wutun, dan Pemerhati Literasi, Emanuel Krova.
Seminar tersebut digawangi Fredy Wahon, Jurnalis/Pemilik Media AksiNews.id yang memandu jalannya seminar dengan mengangkat tema,”Menelisik Peran Prof. Dr. Gorys Keraf Dalam Perkembangan Pengajaran Bahasa di Indonesia”.
Mengawali sambutan, Penjabat Bupati Marsianus Jawa menjelaskan, ”Bulan Oktober ditetapkan sebagai bulan Bahasa dan Sastra Indonesia. Penetapan bulan bahasa dan sastra Indonesia pada bulan Oktober merujuk pada sejarah Bangsa Indonesia yang bertepatan dengan peringatan hari Sumpah Pemuda pada tanggal 28 Oktober.
Sejak dibacakan teks Sumpah Pemuda pada Kongres Pumuda ll tahun 1928, maka sejak itulah Bangsa Indonesia menetapkan bahasa resmi yang digunakan untuk bermasyarakat yaitu Bahasa Indonesia.
Menurutnya, saat ini dijaman yang semakin maju dan modern tantangan kita untuk menjaga eksistensi Bahasa Indonesia secara baik dan benar semakin berat. Generasi-generasi milenial lebih sering menggunakan campuran Bahasa Indonesia dengan bahasa asing. Tidak jarang pula, penggunaan bahasa tidak tepat sesuai kaidah-kaidah Bahasa Indonesia. Hal ini secara tidak langsung merusak Bahasa Indonesia itu sendiri.
Sebagai orang akademisi kelahiran Lamalera-Lembata, beliau sangat berpengaruh dalam pengajaran Bahasa Indonesia di Tanah Air. Buku-bukunya menjadi buku pegangan wajib pelajar dan mahasiswa di seantero nusantara. Gorys Keraf adalah Ilmuwan Bahasa. Dia menciptakan rumus-rumus ketatabahasaan yang masih dipakai hingga saat ini”, ungkap Marsianus Jawa.
Sebagai Kabupaten Literasi, lanjut Bupati Marsianus, kita harus bergerak maju. Geliat literasi di daerah ini sudah mulai tumbuh Budaya literasi sudah mulai hidup dari sekolah-sekolah sampai ke masyarakat. Tentu ini berkat usaha dan kerja keras kita semua, khususnya guru-guru pegiat literasi, para pustakawan, dan semua pegiat/pengelola taman baca masyarakat.
Untuk itu, pada kesempatan ini , atas nama Pemda Kabupaten Lembata, saya memberikan apresiasi dan ucapan terima kasih atas semua upaya dan dedikasi saudara-saudara dalam menumbuhkan budaya literasi di Leu Auq Lewotana Lembata.
Kiranya ketokohan Prof. Dr. Gorys Keraf menjadi pelecut bagi kita untuk senantiasa menggunakan Bahasa Indonesia secara baik, benar dan santun serta menjadi spirit dalam memajukan budaya literasi di daerah ini, jelasnya.
Sekretaris Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Daerah Kabupaten Lembata, Raymundus Beda, SE., selaku tuan rumah penyelenggara seminar menyatakan permohonan maaf karena Kadis Perpusda tidak bisa hadir karena sedang tugas dinas ke Jakarta. Namun kami dan dan seluruh staf menyampaikan apresiasi kepada pak Abdi Keraf dan ibu dr. Nina Keraf kedua putra dan putri almahrum Prof. Dr. Gorys Keraf yang sempat datang menghadiri seminar ini tanpa dibiayai oleh Pemda Lembata karena kecintaannya kepada almahrum dan seminar ini.
“Karena memang tidak ada anggaran untuk seminar ini. Namun berkat kerjasama dan kolaborasi dengan berbagai pihak maka seminar ini dapat sukses terselenggara. Termasuk dorongan dan motivasi yang cenderung “provolatif” dari Bung Fredy Wahon sehingga seminar ini bisa berjalan tanpa dana karena kecintaan kita kepada Prof. Dr. Gorys Keraf”, ungkap Raymundus Beda sembari menegaskan, ending dari seminar ini, Perpustakaan ini ditetapkan sebagai Perpustakaan Prof. Dr. Gorys Keraf.
Sementara Sekretaris Panitia Seminar, Frans Sabaleku, S.Sos.,M.Adm. KP melaporkan, seminar ini bertujuan menggali informasi tentang Prof. Dr. Gorys Keraf dalam pemajuan kebahasaan di Tanah air, menggali dasar-dasar kajian akademis, menggali nilai-nilai perjuangan dan mempromosikan Prof. Dr. Gorys Keraf sebagai putra Lembata yang telah banyak berperan dalam kemajuan pengajaran Bahasa Indonesia di Bidang Linguistik.
Seminar ini diikuti oleh peserta dari unsur Anggota DPRD Lembata, Pimpinan OPD, para camat, tokoh masyarakat dan pemuda, para pendidik/kepala sekolah, para siswa dan Aliansi Jurnalis Lembata.(WN/*/Red)
———————
Catatan Redaksi: Apabila ada pihak yang merasa dirugikan dan /atau keberatan dengan penayangan artikel dan /atau berita tersebut diatas, Anda dapat mengirimkan artikel dan /atau berita berisi sanggahan dan /atau koreksi kepada Redaksi kami, sebagaimana diatur dalam Pasal 1 ayat (11) dan (12) Undang_undang Nomor 40 tahun 1999 tentang Pers. Artikel/berita dimaksud dapat dikirimkan melalui email: globalindonews74@gmail.com
Kunjungi juga kami
di www.globalindonews.com