Renungan Puasa, Nilai Filosofi Ibadah Puasa

Oleh: Abdul Latif, S.Ag, Kepala KUA Kecamatan Ndona
Sering kita selalu memaknai ibadah puasa Ramadhan pada tataran praktis, seperti usaha untuk menahan diri dari rasa lapar, dahaga dan hal-hal yang membatalkan puasa. Namun jika kita mencoba menginternalisasi secara maksimal dari sebuah perintah dan seluruh ajaran-ajaran yang diberikan oleh Allah SWT kepada ummatNya, maka terkandung nilai-nilai ekspelisit, yaitu ada sebuah nilai-nilai filosofi yang begitu elegan, yang terkandung dalam sebuah perintah, tidak terkecuali pada ibadah puasa Ramadhan.
Dalam sebuah hadits, Rasulullah SAW, menggambarkan bahwa dalam setiap ibadah terkandung esensi (filosofi) dibalik praktik, termasuk dalam pelaksaanan ibadah puasa, sebagaimana sabda Rasulullah Saw
رُبَّ صَاىِٔمٍ حَظُّهُ مِنْ صِيَامِهِ الْجُوْعُ وَالْعَطَشُ
“Berapa banyak orang berpuasa yang tidak mendapatkan apa-apa kecuali lapar dan dahaga saja.” (HR. Ibnu Majah No. 1690 dan Syaikh Albani berkata, ”Hasan Shahih.”)
Jika dicermati secara seksama, pelaksanaan ibadah puasa memiliki beberapa makna filosofi;
Pertama, maksimalitas penghambaan dan penyempurnaan diri atau sering disebut dengan taqwa. Hal ini sebagaimana terekam dalam skriptural kitab suci Al Qur’an dalam surah Al Baqarah; 183;
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ كُتِبَ عَلَيْكُمُ ٱلصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى ٱلَّذِينَ مِن قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertaqwa.“
Taqwa adalah sebuah identitas yang paripurna, hasil interaksi spritual dengan Allah, yang teraktualisasi dengan interaksi sosial yang paripurna, ditandai sikap dan sifat yang memililiki akhlaqul karimah. Sehingga taqwa adalah tujuan akhir puasa, tidak sekedar berdemesi ketuhanan (ilahiah) atau spiritual, tapi juga berdemensi kemanusiaan (basayariyah) sosial.
Kedua, yang terkandung dalam perintah menjalankan ibadah puasa Ramadhan adalah memupuk rasa kasih sayang antar sesama umat manusia. Dengan menahan rasa lapar dan dahaga, hati kita akan tersentuh dan merasakan kesangsaraan kaum dhu’afa yang senatiasa serba kekurangan dalam segala hal. Mereka menanti uluran tangan dan kemurahan hati kita untuk menyisihkan sebagian harta kita guna didermakan. Itulah sebabnya, dalam bulan Ramadhan kita dianjurkan untuk memperbanyak sedeqah dan barbagi pada sesama dengan balasan pahala yang berlipat.
Ketiga, yang terkandung dalam perintah menjalankan ibadah puasa Ramadhan adalah : membina dan menata diri kita kaum muslim agar senantiasa hidup teratur, seperti dalam mengkomsumsi makanan dan minuman atau dalam mengatur waktu, terkait hal ini Allah Swt dalam firmanNya yang dituangkan dalam skriptural kitab suci Al Qur’an, surah Al A’raf ayat 31 :
وَّكُلُوْا وَاشْرَبُوْا وَلَا تُسْرِفُوْاۚ اِنَّهٗ لَا يُحِبُّ الْمُسْرِفِيْنَ
“Makan dan minumlah kamu dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan”.
Jika kita mengkomsumsi makanan dan minuman dengan cara tidak teratur tentu akan mengakibatkan gangguan pencernaan atau kesehatan. Karena itu, dengan mengatur pola makan dan minum secara teratur akan menjadi kita lebih sehat.
Terakhir, dari perintah menjalankan ibadah puasa Ramadhan yang tidak kalah penting adalah manajemen hati agar lebih suci dan bersih.
Hal ini memberikan arti penting agar kita terhindar dari sifat-sifat tercela, seprti dengki, iri hati dan riya. Jika sifat-sifat tercela itu tumbuh subur dalam hati kita, maka ibadah puasa kita tidak akan mendapatkan ganjaran apa-apa selain rasa lapar dan dahaga semata.
Harus diakui bahwa masih banyak di antara kita yang terjebak pada rutinitas ibadah puasa semata. Puasa tidak lain sekedar menahan lapar dan dahaga dari terbit fajar sampai terbenam matahari.
Untuk itu, dengan mengatahui nilai-nilai filosofi dibalik perintah menjalankan ibadah puasa Ramadhan tersebut, diharapkan kaum muslimin akan lebih khusyu’ dalam menjalankan ibadah puasa dan ibadah-ibadah lainnya selama bulan Ramadhan. Selain itu, kita juga akan lebih termotivasi dalam menjalankan ibadah puasa Ramadhan guna mencapai Ridha Allah SWT. Mari kita jadikan ibadah puasa Ramadhan tahun ini sebagai momentum untuk penyempurnaan diri yang lebih baik lagi. (Latifkam/Red)[]
Ende, 24 Maret 2023
———————
Catatan Redaksi: Apabila ada pihak yang merasa dirugikan dan /atau keberatan dengan penayangan artikel dan /atau berita tersebut diatas, Anda dapat mengirimkan artikel dan /atau berita berisi sanggahan dan /atau koreksi kepada Redaksi kami, sebagaimana diatur dalam Pasal 1 ayat (11) dan (12) Undang_undang Nomor 40 tahun 1999 tentang Pers. Artikel/berita dimaksud dapat dikirimkan melalui email: globalindonews74@gmail.com
Kunjungi juga kami
Maret 28, 2023 @ 3:52 am
Luar biasa Pak KUA ndona….. Makin keren juga ……